Laman

Selasa, 27 Desember 2011

Perkembangan Bahasa


BAB  I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Salah satu tugas besar yang dihadapi anak adalah menguasai bahasa.Bagi anak usia SD,penguasaan bahasa bukan hanya ucapan yang tepat,juga penguasaan cara menggabungkan kata menjadi suatu kalimat terstruktur dan efektif.Bagi mereka,bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi,mengungkapkan gagasan,dan mengekspresikan perasaan.Dengan bahasa,anak dapat bersosialisasi,bergaul,saling bertukar pikiran,dan bahkan saling menyayangi serta menghormati.
Yang menarik dari proses perkembangan bahasa adalah bahwa kemampuan berbahasa sebelumnya senantiasa menjadi fondasi untuk perkembangan bahasa selanjutnya.Berkenaan dengan perkembangan bahasa seperti itu,pembahasan perkembangan bahasa pada anak usia SD menjadi menarik untuk ditelusuri.

1.2  Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas tentunya akan timbul berbagai macam pertanyaan.Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut.
  1. Bagaimana konsep bahasa pada anak usia SD?
  2. Apa saja tugas-tugas perkembangan bahasa?
  3. Apa saja tipe perkembangan bahasa?
  4. Bagaimana perkembangan bahasa pada anak usia SD?
  5. Apa saja prinsip-prinsip perkembangan bahasa pada anak usia SD?
  6. Bagaimana hubungan bahasa dengan perkembangan kognitf?
  7. Apa saja klasifikasi bahasa pada anak usia SD?
  8. Apa saja fungsi bahasa bagi anak usia SD?

  1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak usia SD?
  2. Bagaimana model stimulasi  perkembangan bahasa peserta didik SD?

1.3  Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui.

1.      Konsep bahasa pada anak usia SD
2.      Tugas-tugas perkembangan bahasa
3.      Tipe perkembangan bahasa
4.      Perkembangan bahasa pada anak usia SD
5.      Prinsip-prinsip perkembangan bahasa pada anak usia SD
6.      Bahasa dengan perkembangan kognitif
7.      Klasifikasi bahasa pada anak usia SD
8.      Fungsi bahasa bagi anak usia SD
9.      Faktor-faktor  yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak usia SD
10.  Model stimulasi perkembangan bahasa peserta didik SD

1.4  Sistematika Penulisan

Dalam penulisan makalah ini,penulis membaginya ke dalam empat bab.
Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari empat sub bab,yaitu latar belakang,rumusan masalah,tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II adalah pembahasan yang terdiri dari sepuluh sub bab,yaitu konsep bahasa pada anak usia SD,tugas-tugas perkembangan bahasa,tipe perkembangan bahasa,perkembangan bahasa pada anak usia SD,prinsip-prinsip perkembangan bahasa pada anak usia SD,bahasa dengan perkembangan kognitif,klasifikasi bahasa pada anak usia SD,fungsi bahasa bagi anak usia SD,faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak usia SD,dan model stimulasi perkembangan bahasa peserta didik SD.
 Bab III adalah implikasi terhadap kegiatan pembelajaran anak.
BAB IV adalah kesimpulan mengenai pembahasan dari bab-bab sebelumnya.
                                             













BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Bahasa Pada Anak Usia SD

Bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau yang terwujud dalam sistem yang dipahami orang untuk melahirkan pikiran dan perasaan yang dapat diisyaratkan sedemikian rupa kepada orang lain sehingga orang lain yang menerima akan mengerti,baik penyampaiannya dilakukan lewat tulisan,bicara,isyarat,mimik muka,pantomim,serta menggunakan gerakan-gerakan yang berarti (Gorys Keraf,1980).Definisi ini berlaku untuk semua tingkatan usia baik anak usia sekolah maupun usia-usia lainnya.Berdasarkan definisi ini esensi suatu bahasa adalah lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi.Lambang bunyi itu dapat berbentuk lisan,tulisan,mimik muka,pantomim,atau gerakan badan.
Jika ditelusuri dari cirinya,bahasa dapat didefinisikan dengan dua cara.Pertama bahasa bercirikan sebagai serangkaian bunyi.Dalam hal ini bunyi dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi,meskipun sebenarnya juga dapat mempergunakan alat lain,umpamanya saja dengan memakai berbagai isyarat.Akan tetapi umumnya manusia menggunakan bunyi sebagai alat komunikasi yang paling utama.Tentu saja,mereka yang tidak dianugerahi kemampuan bersuara harus mempergunakan alat komunikasi yang lain,seperti pada mereka yang menyandang ketunarunguan.Komunikasi dengan mempergunakan bunyi ini dikatakan juga sebagai komunikasi verbal,disebut juga sebagai masyarakat verbal.
Kedua,bahasa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi membentuk suatu arti.Rangkaian bunyi ini dikenal sebagai kata yang melambangkan suatu objek tertentu.Manusia mengumpulkan lambang-lambang ini dan kemudian menyusunnya yang dikenal sebagai perbendaharaan kata.Perbendaharaan kata ini pada hakikatnya merupakan akumulasi dari pengalaman dan pemikiran selama perjalanan hidup.Dengan perbendaharaan kata yang mereka miliki,maka manusia dapat mengkomunikasikan segenap pengalaman dan pemikirannya tersebut.
Bahasa diperoleh anak sejak selama ia hidup.Pemerolehan bahasa selama perjalanan hidup inilah yang menyebabkan bahasa terus berkembang,yakni karena pengalaman dan pemikiran manusia yang juga terus berkembang.Bahasa diperkaya oleh seluruh lapisan masyarakat yang mempergunakannya,para ilmuwan,pendidik,ahli politik,remaja,dan sebagainya.Remaja dikenal paling menonjol karena senang memperkaya perbendaharaan bahasa secara kreatif.Adanya bahasa memungkinkan setiap individu memikirkan sesuatu dalam benak kepalanya masing-masing,meskipun objek yang sedang dipikirkan tersebut tidak berada didekatnya.Kemampuan berbahasa memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu masalah secara terus menerus.
Dengan bahasa manusia dapat berpikir secara teratur dan dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dipikirkan kepada orang lain.Namun bukan itu saja,dengan bahasa individu dapat mengekspresikan sikap dan perasaannya.Bahkan seorang bayi bila ia sudah kenyang dan hatinya sangat senang,ia mulai membuka suara.Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia,yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa.
Keunikan manusia sebenarnya terletak bukan pada kemampuan berpikirnya,melainkan terletak pada kemampuan berbahasannya.Dalam hal ini Ernst Cassirer (1980) menyebutkan manusia sebagai animal symbolicum,yakni makhluk yang menggunakan simbol,yang secara genetik mempunyai cakupan yang lebih luas daripada homo sapiens,yakni makhluk yang berpikir sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia mempergunakan simbol.
Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa,kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.Lebih lanjut lagi,tanpa kemampuan berbahasa ini manusia tidak mungkin mengembangkan kebudayaannya,sebab tanpa memiliki bahasa maka hilang pulalah kemampuan untuk meneruskan nila-nilai budaya dari generasi dan generasi.Manusia dapat berpikir dengan baik karena mempunyai bahasa.Tanpa bahasa maka manusia tidak dapat berpikir secara rumit dan abstrak seperti apa yang dilakukan dalam kegiatan ilmiah.Demikian juga tanpa bahasa maka manusia tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain.Lewat proses komunikasi manusia mengembangkan ilmu.
Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak ini juga memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut.Bahasa juga memberikan kemampuan untuk berpikir secara teratur dan sistematis.Transformasi objek faktual menjadi simbol abstrak diwujudkan dalam perbendaharaan kata-kata,yang dirangkaian oleh bahasa untuk mengemukakan suatu jalan pemikiran atau ekspresi perasaan.Kedua aspek bahasa ini yakni aspek informasi dan emosi tercermin dalam bahasa yang dipergunakan.Artinya,kalau individu berbicara maka pada hakekatnya informasi yang disampaikannya mengandung unsur emosi,demikian juga kalau individu menyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur-unsur informatif.
Kalau ditelaah,bahasa paling tidak mengkomunikasikan tiga hal,yakni buah pikiran,perasaan,dan sikap.Dalam kehidupan manusia,bahasa mempunyai fungsi simbolik,emotif,dan afektif.Fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah sedangkan fungsi emotif  menonjol dalam komunikasi estetik.Komunikasi dengan mempergunakan bahasa akan mengandung unsur simbolik dan emotif.Dalam komunikasi ilmiah sebenarnya proses komunikasi itu harus terbebas dari unsur emotif ini agar pesan yang disampaikan bisa diterima secara reproduktif,artinya identik dengan pesan yang dikirimkan.Namun dalam prakteknya hal ini sukar untuk dilaksanakan kecuali informasi yang terdapat dalam buku pedoman telepon.
Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap belum dapat dikatakan bahasa apabila dalam bunyi itu tidak terkandung makna didalamnya.Pemaknaan arus bunyi yang dihasilkan oleh alat atau manusia tergantung dari konvensi masyarakat,baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar.Kesimpulan kelompok masyarakat bahasa dalam hal tertentu,bahwa setiap struktur bunyi tertentu akan mempunyai makna atau arti tertentu pula.Dengan demikian terhimpunlah bermacam-macam susunan bunyi,serta masing-masing kesatuan bunyi mengandung suatu makna tertentu,dan susunan macam bunyi yang mengandung maksud tertentu pada setiap kelompok masyarakat,bertujuan untuk pembentukan kekayaan perbendaharaan kata.
(hal.65-68,Nandang Budiman,2006)

2.2 Tugas-Tugas Perkembangan Bahasa

Dalam berbahasa,anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan.Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang satu,maka berarti juga ia dapat menuntaskan tugas-tugas yang lainnya.Keempat tugas itu adalah sebagai berikut.
  1. Pemahaman,yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.Bayi memahami bahasa orang lain,bukan memahami kata-kata yang diucapkannya,tetapi dengan memahami kegiatan/gerakan atau gesture-nya (bahasa tubuhnya).
  2. Pengembangan perbendaharaan Kata.Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama,kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
  3. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat,kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun.Bentuk kalimat pertama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai ‘gesture” untuk melengkapi cara berpikirnya.Contohnya,anak menyebut “bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya.Kalimat tunggal itu berarti “tolong ambilkan bola untuk saya”.Seiring dengan meningkatnya usia anak dan keleluasaan pergaulannya,tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks.Menurut Davis,Garisson & McCarthy (E.Hurlock,1956) anak yang cerdas,anak wanita dan anak yang berasal dari keluarga berada,bentuk kalimat yang diucapkannya itu lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan anak yang kurang cerdas,anak pria dan anak yang berasal dari keluarga miskin.
  4. Ucapan.Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orang tuanya).Pada usia bayi,antara 11-18 bulan,pada umumnya mereka belum dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata secara jelas,sehingga sering tidak dimengerti maksudnya.Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun.Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu.Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vokal): i,a,e, dan u dan huruf mati (konsonan) : t,p,b,m,dan n, sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati tunggal : z,w,s, dan g, dan huruf mati rangkap (diftong) : st,str,sk, dan dr.

2.3 Tipe Perkembangan Bahasa

Ada dua tipe perkembangan bahasa anak,yaitu sebagai berikut.
  1. Egocentric Speech,yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog).Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun.
  2. Socialized Speech,yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya.Hal ini berfungsi mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial.Perkembangan ini dibagi kedalam lima bentuk,yakni.
    1. adapted information,disini terjadi saling tukar gagasan atau tujuan bersama yang dicari.
    2. Critism,yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain.
    3. Command (perintah),request (permintaan) dan threat (ancaman).
    4. Question (pertanyan)
    5. Answer (jawaban).
(hal.119-120,Syamsu Yusuf,2007)


2.4 Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia SD

Salah satu alasan pentingnya mempelajari perkembangan bahasa adalah untuk memahami karakteristik perkembangan bahasa pada anak (Owens,1984:45).Menurutnya,bahasa merupakan suatu sistem sistem komunikasiyang digunakan oleh manusia,baik dihasilkan/disampaikan secara oral atau melalui isyarat yang dapat diperluas kedalam bentu tulisan.Sebagai suatu sistem,setiap bahasa memiliki unsur fonologi dan semantik yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi.
1.      Perkembangan Fonologi
Pada umur 3-4 bulan anak mulai memproduksi bunyi-bunyi.Mula-mula ia memproduksi tangisan atau bunyi cooing (mendekut) seperti bunyi burung merpati (wolf,dalam S.marat,1983).Pada usia 5-6 bulan ia mulai mengoceh.Ocehannya ini kadang-kadang mirip ujaran.Sementara itu pada pertengahan tahun pertama,anak-anak mulai membedakan bunyi-bunyi dan selanjutnya muncul persepsi bahasa (speech perception).
Selanjutnya,anak masuk pada periode babbling (mengoceh).Ia membuat bunyi-bunyi yang makin bertambah variasinya dan makin kompleks kombinasinya.Mereka mengkombinasikan vokal dengan konsonan menjadi suatu sekuansi.Umpamanya ba-ba-ba,ma-ma-ma-,pa-pa-pa,dan seterusnya.Ocehan ini tidak dapat diinterpretasikan dan banyak diantaranya yang nantinya setelah dapat ia berbicara,tidak dipakai lagi dalam mengucapkan kata-kata yang berarti.Ocehan ini makin bertambah sampai si anak mampu memproduksi perkataan yang pertama,yaitu pada periode kalimat satu kata,yang kira-kira muncul sekitar usia 1 tahun.
Begitu anak-anak melewati periode mengoceh,mereka mulai menguasai segmen-segmen fonetik tertentu,yang merupakan balok bangunan yang dipergunakan untuk mengucapkan perkataan.Mereka belajar bagaimana mengucapkan sequence of segments,yaitu suku-kata dan kata-kata.Kadang-kadang apabila si anak hanya mempunyai beberapa segmen saja yang dikuasai,ia berhasil menemukan cara yang tepat atau benar untuk memproduksi segmen tertentu.
Pada tahap-tahap permulaan dalam perolehan bahasa,biasanya anak-anak memproduksi perkataan orang dewasa yang disederhanakan dengan cara sebagai berikut :
    1. Menghilangkan konsonan akhir (nyamuk-mu)
    2. Mengurangi kelompok konsonan menjadi segmen tunggal (kunci-ci)
    3. Menghilangkan silabe yang tidak diberi tekanan (semut-mut)
    4. Duplikasi silabe yang sederhana (nakal-kakal)
Penyederhanaan ini terjadi disebabkan oleh keterbatasan dalam rentang ingatan,kemampuan representasi,dan keterampilan artikulasi.Penyederhanaan tersebut akan hilang bilamana si anak telah menguasai lebih banyak segmen-segmen dan urutan segmen-segmen.Anak-anak juga mempraktikan segmen-segmen yang baru diperoleh dan anak mengoreksi dirinya sendiri apabila dalam pengucapan kata kurang tepat.Praktik dan koreksi diri ini memberi bukti tambahan bahwa anak-anak mengandalkan pada “model”,yaitu the adult based representations of word (Clark & Clark,1977)
2.      Perkembangan semantik
Dalam proses perolehan bahasa,anak-anak harus belajar mengerti arti dari kata-kata yang baru,dengan kata lain mengembangkan suatu kamus arti kata (a dictoonary of meaning).Mula-mula mereka menduga-duga arti suatu perkataan dari konteks dimana perkataan itu diucapkan.Dalam usahanya ini,mereka mulai dengan dua asumsi mengenai fungsi dan isi dari suatu bahasa,yaitu sebagai berikut.
a.       Bahasa dipergunakan untuk komunikasi,asumsi pertama mungkin timbul karena ketergantungan mereka pada gestures atau tanda-tanda yang sering menyertai pembicaraan orang dewasa.Langkah selanjutnya ialah mengambil kesimpulan bahwa bahasa,seperti juga gestures,digunakan untuk komunikasi.
b.      Bahasa mempunyai arti dalam suatu konteks tertentu.Anak-anak berasumsi bahwa ada hubungan yang masuk akal antara apa yang dikatakan pembicara dalam suatu situasi tertentu dengan situasinya sendiri.
Dalam usahanya untuk mengerti arti suatu perkataan,anak-anak harus membuat suatu hipotesis tentang arti kata.Caranya ialah dengan membuat pemetaan (mapping) konsep-konsep mereka tentang objek-objek,kejadian-kejadian,sifat-sifat,dan hibungan-hubungan yang tidak asing bagi mereka (Clark&Clark,1977).Contohnya : Ibu menunjuk seekor anjing dan berkata,Bow-Bow.Si anak kemudian mengaplikasikan bow-bow untuk semua binatang yang berkaki empat.
Hipotesisnya mula-mula mungkin adalah bow-bow mengacu pada objek yang dapat bergerak atau objek yang mempunyai kepala dan ekor,dan lain-lain.Dengan caranya si anak mengaitkan arti kata yang diduga olehnya kepada suatu konsep tertentu,yaitu sesuatu yang telah diketahuinya.
3.      Kemampuan komunikasi anak usia SD
Hasil penelitian Owens (1984:47) menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi anak usia SD adalah sebagai berikut ini.
No
Usia Anak
Kemampuan Komunikasi
1
6 tahun
a. Memiliki kosakata yang dapat dikomunikasikan sebanyak 2600 kata
b. Mampu menyerap 20.000-24.000 kata
c. Mampu membuat kalimat meskipun masih dalam bentuk kalimat pendek
d. Pada tarap tertentu sudah mampu mengucapkan kalimat lengkap (jelas subjek dan predikatnya)
2
8 tahun
a. Mampu bercakap-cakap dengan menggunakan kosakata yang dimilikinya
b. Mampu mengemukakan ide dan pikirannya meskipun masih sering verbalisme
3
10 tahun
a. Mampu berbicara dalam waktu yang relatif lama
b. Mampu memahami pembicaraan
4
12 tahun
a. Mampu menyerap 50.000 kata
b. Mampu berbahasa seperti orang dewasa


2.5 Prinsip-Prinsip Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia SD

Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan,karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan.Meniru dan mengulang- hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa awal.Bayi belajar menambahkan kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarnya,sedangkan orang dewasa terutama ibu berperan membetulkan dan memperjelas bahasa anak.
Anak usia SD memiliki bahasa yang telah berkembang.Ia telah benyak belajar dari dan terkondisikan oleh lingkungan,mencakup lingkungan keluarga,masyarakat dan teman sebaya.Setelah masuk SD,anak mengikuti proses pembelajaran,termasuk pembelajaran bahasa.Pembelajaran bahasa di SD sedikit berbeda dengan di keluarga,masyarakat,atau teman sebaya.Perbedaannya adalah bahwa dalam pembelajaran bahasa di sekolah,anak diberi rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar.Oleh sebab itu pada prinsipnya pembelajaran di SD diarahkan untuk meluruskan dan memperkaya kaidah bahasa pada anak.
Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat atau teman sebaya terkadang cukup menonjol,sehingga bahasa anak menjadi lebih diwarnai oleh pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya.Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi,bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus.Bahasa prokem pun muncul dari kelompok teman sebaya.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga,masyarakat,dan sekolah dalam perkembangan bahasa,akan ditunjukkan oleh pemilihan dan penggunaan kosa kata sesuia dengan tingkat sosial keluarga.Keluarga dari masyarakat lapisan berpendidikan rendah atau buta huruf,cenderung banyak menggunakan bahasa pasar,bahasa sembarangan,dengan istilah-istilah yang kasar.Masyarakat terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial yang lebih baik,cenderung menggunakan istilah-istilah lebih selektif dan lebih baik.Ini bisa terjadi karena pada prinsipnya bahasa diperoleh dari dan berkembang pada lingkungan tempat anak tinggal.


2.6 Bahasa Dan Perkembangan Kognitif

Semua kejadian yang dialami manusia selalu terkait dengan bahasa.Bahasa digunakan sebagai media komunikasi.Pada waktu berbicara,ide-ide atau gagasan dituangkan ke dalam bentuk kata-kata,juga perasaan-perasaan pandangan,dan maksud tertentu agar maksud tersebut dapat ditangkap oleh pendengar.Semuanya ini menggambarkan kegiatan mental,terutama kognitif.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif.Artinya,semakin tinggi kemampuan kognitif anak,perolehan bahasa pada anak cenderung semakin mudah dan banyak.Semakin tinggi tingkat perkembangan kognitif anak,ia cenderung semakin mampu memahami bahasa dari yang sangat sederhana sampai kepaada yang paling kompleks.Anak yang perkembangan kognitifnya baru masuk pra operasional akan sangat sulit memahami bahasa sastra dengan gaya bahasa atau majaj.Ia baru mampu membuat kalimat sederhana dengan unsur subjek dan predikat.
Jika berbahasa dipandang sebagai aktivitas mental,maka aktivitas mental itu adalah proses kognitif.Proses kognitif yang terlibat diantaranya mengingat apa yang baru di dengar,mengenal kembali apa yang baru di dengar,memikirkan yang diungkapkan,dan mengucapkan apa yang telah tersimpan dalam ingatan.
Mengenai proses mental yang terjadi ketika berbicara atau ketika berusaha memahami suatu pembicaraan,merupakan suatu kejadian yang rumit,yang terkadang sering tidak disadari.Kerumitan ini baru terlihat dampaknya tatkala terjadi salah paham.Bagaimana suatu kalimat dimengerti fungsinya oleh pendengar sebagai suatu perintah atau pemberitahuan.Atau pertanyaan lain,bagaimana kalimat sindiran dapat ditangkap maknanya,yang menuntut peranan berpikir dan fungsi-fungsi kognitif lainnya.

2.7 Klasifikasi Bahasa pada anak usia SD

Bahasa memiliki cakupan yang luas,karena itu sebagaimana dikemukakan Lerner (1988) bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang terintegrasi,mencakup bahasa ujaran,membaca,dan menulis.Dengan demikian dalam mempelajari bahasa,seorang anak usia SD dituntut untuk menguasai keseluruhan aspek berbahasa tersebut,artinya tidak sekedar berbicara.
Ketika pertama kali anak mengenal keadaan sekitarnya tentang kejadian-kejadian kehidupannya maupun tentang tanda-tanda,benda-benda yang- dapat mendukung terjadinya peristiwa,maka saat itu pemahaman akan kesadaran anak tentang apa yang dikenalnya belum tumbuh.Kesadaran itu akan tumbuh jika dibantu media yang berfungsi sebagai perantara untuk membuka makna,yakni bahasa.
Pada sebuah proses komunikasi yang dilakukan oleh dan antara anggota masyarakat,bahasa tidak akan lepas peranannya sebagai medium yang menjembatani.Secara umum klasifikasi bahasa pada anak usia SD dapat dibedakan menjadi bahasa lisan,bahasa tulis,dan bahasa isyarat.
1)      Bahasa Lisan
Bahasa lisan menunjukkan hubungan rohani langsung,karena setiap orang yang bicara langsung berhadapan satu sama lain.Proses terjadinya hubungan rohani dalam bahasa lisan dapat dijelaskan sebagai berikut.Pikiran orang yang bicara diwujudkan dalam suara.Suara itu kemudian didengar oleh orang yang diajak bercakap-cakap dan pikiran yang terdapat didalam percakapan kemudian diterima atau ditangkap olehnya.Begitulah terjadi hubungan antara pikiran pembicara dan pikiran pendengar melalui bahasa yang disuarakan.
Pada saat anak dilahirkan ia merupakan individu yang tidak berdaya,artinya segala sesuatu yang berkenaan dengan dirinya atau kehidupannya sangat memerlukan bantuan orang lain.Meskipun si bayi sendiri tidak pernah mengucapkan dengan kata-kata,akan tetapi dengan tangisannya seorang bayi menunjukkan bahwa dirinya perlu dibantu orang lain.
Tangis dan tawa bayi merupakan komunikasi yang akurat,karena secara naluri bentuk tangisan dan tawanya merupakan refleksi dari stimulus yang diterima bayi,misalnya:jika bayi merasa lapar,kedinginan,sakit,dan lain-lain.Sebelum anak-anak mampu mengucapkan kata-kata,tangisan adalah alat untuk mengkomunikasikan keinginannya pada orang-orang yang ada disekelilingnya.Demikian pula jika bayi merasa senang,puas atau gembira karena diajak bercakap-cakap atau berkata-kata,bayi akan tertawa sebagai manivestasi kepuasannya.
Pada bulan ketiga dan keempat biasanya bayi akan semakin sering mengucapkan suara dengan nada-nada rendah.Keberadaan bahasa lisan atau bicara sebagai alternatif dalam komunikasi menjadi semakin penting,apalagi jika anak-anak tersebut mulai menyadari peristiwa-peristiwa bunyi bahasa yang ada disekitarnya,serta berusaha bereaksi terhadap peristiwa bunyi itu melalui ekspresi bahasa lisan atau bicara.
Hal ini sudah selayaknya mendapat perhatian khusus.Perkembangan penguasaan bahasa lisan oleh anak-anak sering berjalan seiring dengan proses pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikisnya.Semakin besar anak tersebut,maka akan semakin luas pula pengalamannya.Berbagai pemahaman atay pengertian,mulai dari peristiwa yang bersifat kongkrit hingga peristiwa yang bersifat abstrak,maupun relasi antar peristiwa itu.Sejalan dengan hal itu penggunaan bahasa lisan pun kian bertambah karena anak juga semakin banyak mengenal dan menguasai beragam bahasa lisan.
Penggunaan bahasa lisan sebagai alat komunikasi hendaknya dikomunikasikan kepada penerima,dengan diperjelas artinya,melalui nada dan lagu kalimat dan tekanan-tekanan baik pada kata maupun kalimat.Pada penggunaan bahasa lisan tekanan itu meliputi:tekanan dinamik,tekanan nada tinggi dan tekanan tempo,mimik dan pantomime.Mimik adalah gerakan anggota tubuh ketika berbicara,penggunaan mimik dan pantomim dalam bahasa lisan berfungsi untuk:pertama dapat membantu memperjelas maksud perhatian atau kalimat,kedua dapat memberikan daya tarik bagi para penyimaknya,dan ketiga pemahaman penyimak (pendengar)pesan yang disampaikan akan meresap lebih lama.Pada anak usia SD terutama di kelas-kelas awal amat penting artinya sebab mereka belum begitu mampu mengungkapkan pikiran,perasaan,dan sikapnya dalam bahasa tulisan.
2)      Bahasa Tulis
Bahasa tulis menunjukkan hubungan rohani yang tidak langsung,karena mempergunakan sarana,yaitu huruf-huruf.Tidak semua bangsa- mempunyai bahasa tulis.Hanya yang sudah mencapai suatu tingkatan peradaban yang maju mempunyai huruf sendiri dan bahasa tulis sendiri.
Proses terjadinya hubungan dalam bahasa tulisan adalah sebagai berikut:pikiran penulis diletakkan dalam kalimat dan kata.Kata ditulis dengan huruf-huruf.Kata-kata yang berupa huruf-huruf itu dilihat dan dijadikan suara lagi.Ketika pembaca membaca bersuara atau dalam hati.Suara itu kemudian ditangkap olehnya melalui telinga atau dalam hati dan masuk kedalam pikiran.Pembaca mengerti artinya.Begitulah terjadi hubungan antara pikiran penulis dan atau pikiran pembaca.Karena itu mengarang dapat dikatakan berbicara atau bercakap-cakap diatas kertas dan membaca adalah berkata maupun berbicara dari kertas.
Perkembangan suatu kebudayaan seringkali membawa perubahan terhadap kehidupan manusia.Misalnya ditemukan tulisan sebagai suatu lambang dari bunyi bahasa,ini adalah prestasi besar yang pernah diciptakan manusia.Dengan tulisan itu manusia mampu membuka tabir kehidupan yang menjadi misteri dan yang berikutnya dapat membuat manusia lainnya berkarya lebih menakjubkan.
Tidak dapat dibayangkan jika tulisan sebagai alat untuk mengekspresikan bahasa ini tidak ditemukan oleh manusia.Pastilah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang dikenal sekarang tidak akan pernah terjadi.Kita menyadari bahwa kemajuan dewasa ini merupakan hasil pengetahuan yang ditemukan masa lalu yang terus dikembangkan.
Media yang dapat membuat manusia mengungkapkan rahasia kondisi masa lalu,tidak lain adalah tulisan.Memang bisa saja orang menunjukkan alternatif yang lain yakni bahasa lisan untuk menyimak kembali keadaan masa lalu.Namun tulisan sebagai salah satu media bahasa memiliki peran cukup penting,baik untuk menyingkap keadaan masa lalu untuk kepentingan sekarang,atau untuk melukiskan kejadian saat ini untuk kepentingan yang akan datang,atau juga untuk meramalkan kondisi yang akan datang.
Dengan bahasa tulis,di samping seseorang dapat mewariskan sesuatu dari satu masa ke masa berikutnya,bahasa tulis juga memungkinkan dua individu saling berkomunikasi secara efektif dan rahasia,misalnya melalui surat-menyurat,meskipun jarak antara keduanya secara geografis saling berjauhan.Adapun karakteristik bahasa tulisnan yang membedakannya dengan bahasa lainnya adalah bahasa tulisan bersifat permanen,artinya bahasa tulis- tersebut merupakan lambang bunyi bahasa yang mempunyai sifat tetap.Dikatakan tetap karena bahasa tulis merupakan sebuah cerminan yang diinginkan oleh penulisnya.Oleh karena itu dalam penggunannya bahasa tulis memerlukan suatu ketelitian dan pemikiran yang lebih daripada penggunaan bahasa lain,seperti bahasa lisan (bicara).Selain itu bahasa tulis mampu bertahan dalam kurun waktu yang cukup lama dengan tanpa mengurangi nilai atau maksud semula.
3)      Bahasa Isyarat
Komunikasi melalui isyarat sering digunakan individu dalam kehidupan sehari-hari.Dalam bentuk umum isyarat digunakan jika hal tersebut dapat diterima dan dipahami oleh siapa saja yang melihat dan mendengar isyarat iru.Misalnya:lampu trafik yang dipasang pada persimpangan jalan dengan maksud untuk melancarkan arus lalu lintas dan mencegah terjadinya kecelakaan.Hal itu sudah menjadi isyarat yang sudah dipahami oleh umum terutama pemakai jalan raya.Misalnya ketika lampu hijau menyala maka artinya kendaraan dapat jalan terus,namun jika lampu kuning yang menyala,hal itu berarti kendaraan harus siap-siap untuk berhenti atau menjalankan kembali kendaraan dan jika lampu merah yang menyala maka itu menandakan semua kendaraan dari arah tersebut harus berhenti atau stop.
Isyarat sebagai bahasa memang terus berkembang dalam kehidupan masyarakat.Jika diidentifikasi maka bahasa ini memiliki tingkatan tertentu.Artinya ada kalanya bahasa isyarat ini hanya dipahami oleh kelompok masyarakat tertentu saja akan tetapi ada pula yang berlaku secara umum,artinya siapa saja dapat memahami bahasa isyarat tersebut,seperti pada contoh lampu trafik di persimpangan jalan.Bahasa isyarat tersebut sudah dapat dipastikan dipahami sama di seluruh dunia,karena memang memiliki makna yang sama pula.
Pada anak-anak yang menyandang ketunarunguan yaitu anak-anak yang di dalam perkembangannya mempunyai gangguan dalam aspek pendengaran dan bicaranya,isyarat merupakan sebuah alternatif yang baik untuk mengatasi kesulitannya dalam berkomunikasi sebagai akibat kutunaannya.Dengan demikian,wajar jika seorang penyandang tunarungu memiliki kompensasi isyarat sebagi alternatif komunikasi,dan kiranya sesuai dengan dunianya yang sunyi atau tanpa suara.
Pemaknaan terhadap bahasa isyarat pada anak yang menyandang tunarungu disadari memang hanya dapat dipahami oleh sekelompok orang tertentu,khususnya antara sesama tunarungu sendiri,atau kelompok lain yang lingkungannya sangat terbatas.Misalnya:anggota keluarga,dan guru yang mengajar saja.Pada kesimpulannya isyarat-isyarat ini pada hakikatnya menggantikan atau pandanan yang lain yang berarti (Effendi:1985).
Bahasa isyarat ini juga mencakup bahasa sandi yakni tanda-tanda tertentu yang hanya diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

2.8 Fungsi Bahasa Bagi Anak Usia SD

Untuk menunjukkan hakikat purposif dari komunikasi,Halliday (1973) mempergunakan istilah fungsi bahasa.Dia merangkum adanya tujuh fungsi bahasa yaitu sebagai berikut.
  1. Fungsi instrumental:bertindak untuk menggerakkan serta memanifulasi lingkungan,menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi.
  2. Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan dari bahasa merupakan pengawasan terhadap peristiwa-peristiwa.
  3. Fungsi representasional:adalah penggunaan bahasa untuk membuat pernyatan-pernyataan,menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan menjelaskan atau melaporkan dalam pengertian menggambarkan realitas yang terlihat oleh seseorang.Ucapan-ucapan seperti matahari panas,dunia bulat menampilkan fungsi-fungsi representasional.
  4. Fungsi interaksional:bahasa bertindak untuk menjamin phatic communicatin yang mengacu kepada kontak komunikatif antara sesama manusia yang semata-mata mengizinkan mereka mendirikan kontak sosial serta menjaga agar saluran-saluran komunikasi itu tetap terbuka,merupakan bagian dari fungsi interaksional bahasa.Keberhasilan komunikasi interaksional menuntut pengetahuan mengenai slang,jargon,lelucon,cerita rakyat,adat-istiadat,sopan santun,dan lain-lain.
  5. Fungsi personal membolehkan seorang pembicara menyatakan perasaan,emosi,kepribadian,reaksi-reaksi yang terkandung dalam hati nuraninya.Kepribadian seseorang biasanya ditandai oleh penggunaan fungsi sosial komunikasi.Dalam ciri personal bahasa jelas bahwa kognisi atau pengertian,pengaruh,dan budaya saling mempengaruhi.
  6. Fungsi heuristik melibatkan bahasa yang dipergunakan untuk memperoleh pengetahuan,dan mempelajari lingkungan.Fungsi-fungsi heuristik seringkali disampaikan dalam bentuk pertanyaan-peertanyaan yang menuntut jawaban-jawaban.Anak-anak khususnya memperlihatkan dengan jelas penggunaan fungsi heuristic ini dalam pertanyaan-pertanyaan “mengapa” mengenai dunia sekeliling mereka.
  7. Fungsi imajinatif bertindak untuk menciptakan sistem-sistem atau gagasan-gagasan imajiner.Mengisahkan cerita-cerita dongeng,membuat lelucon-lelucon,atau menulis novel merupakan kegiatan yang mempergunakan fungsi imajinatif bahasa.Melalui dimensi-dimensi imajinatif bahasa kita bebas menjelajah ke seberang dunia yang nyata membumbung tinggi ke atas ketinggian keindahan bahasa itu sendiri,dan melalui bahasa itu kita menciptakan mimpi-mimpi.

2.9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Usia SD

1. Umur anak
Dengan bertambahnya umur anak akan semakin matang,bertambah pengalaman,dan meningkat kebutuhannya.Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya.Faktor fisik akan mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan orang bicara,kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat.Pada masa sekolah perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan,dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
  1. Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberikan andil yang cukup besar dalam berbahasa.Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda dengan lingkungan pedesaan.Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai,pegunungan,dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.Sebagaimana diuraikan diatas bahwa bahasa pada dasarnya dipelajari dari lingkungan.Lingkungan yang dimaksudkan termasuk pergaulan yang berbentuk kelompok kecil,seperti kelompok kerja dan kelompok sosial lainnya.
  1. Kecerdasan Anak
Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara,gerakan,dan mengenai tanda-tanda,memerlukan kemampuan motorik yang baik.Kemampuan motorik seseorang berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat berpikir.Ketepatan meniru,memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat,kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan pihak lain,amat dipengaruhi oleh kerja pikiran atau kecerdasan seorang anak.
  1. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik,akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak,anggota keluarganya.Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah.Hal ini akan menampakkan perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik.Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh pula terhadap perkembangan bahasa.
  1. Kondisi fisik
Kondisi fisik yang dimaksudkan adalah kondisi kesehatan anak.Seseorang yang cacat akan terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti bisu,tuli,dan gagap bicaranya.Organ bicara yang tidak sempurna akan mengganggu perkembangan berbahasanya.
  1. Perbedaan individual perkembangan bahasa pada anak usia SD
Menurut Chomsky (Woolfflok,dkk 1984:7),ketika dilahirkan ke dunia anak telah memiliki kapasitas berbahasa,akan tetapi seperti dalam bidang yang lain,faktor-faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol,mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut.Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar,lihat dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari.Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda.
Kemampuan berpikir anak berbeda-beda sedang berpikir dalam bahasa mempunyai korelasi tinggi:anank dengan IQ tinggi akan berkemampuan bahasa yang tinggi.IQ ini menggambarkan adanya perbedaan individual anak,dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan kemampuan berpikir.Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.Kekayaan lingkungan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru.Dengan demikian,anak yang berasal dari lingkungan yang berbeda akan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.

2.10 Model Stimulasi Perkembangan Bahasa Peserta Didik SD

1. Teori-teori yang dapat dijadikan dasar pengembangan model stimulasi bahasa
a.  Model behaviorist
Inti pandangan model ini ialah:language is a fuction of reinforcement.Orang tua mengajar anaknya berbicara dengan memberikan reinforcement atau penguatan (prinsip behaviorism) terhadap tingkah laku verbal.Dengan pemberian reinforcement ini anak belajar memberi nama pada benda-benda secara tepat,sehingga anak mengetahui arti kata-kata.Hal ini dapat terjadi karena setiap kali si anak berbuat sesuatu kesalahan,akan segera dikoreksi oleh orang tuanya atau masyarakat verbal lainnya,melalui reinforcement yang selektif.
b.  Model linguistik
Model linguistik memandang bahwa ketika dilahirkan,anak sudah dilengkapi dengan kemampuan untuk berbahasa.Melalui kontak dengan- lingkungan sosial,kemampuan bahasa tersebut akan tampak dalam perilaku berbahasa.Dari sudut pandang ini,bahasa adalah suatu kemampuan yang khas yang dipunyai manusia.Selain itu paham ini menganggap perolehan bahasa tidak diperoleh dengan cara induksi seperti diterangkan oleh mazhab empiris,melainkan karena manusia secara biologis memang sudah diprogramkan (pre-programmed) untuk memperoleh bahasa.Hampir semua anak memformulasikan data-data bahasa yang diperoleh melalui hipotesis testing dan lambat laun anak menguasai teori tentang gramatika.
Seorang anak bukanlah suatu tabula rasa melainkan telah mempunyai faculty of language (faculty + kemampuan untuk berkembang atau untuk belajar).Faculty ini adalah ciri khas manusia sedangkan binatang tidak mempunyai faculty tersebut.Faculty ini berdiri sendiri,tidak bergantung pada faculty yang lain seperti berpikir,pengamatan,dan sebagainya.Faculty ini semata-mata berupa faktor linguistic dan berbeda dengan bentuk-bentuk berpikir yang primitive seperti pada hewan.Selanjutnya dikatakan,apabila seseorang anak mempunyai faculty of language,maka semua anak di dunia ini akan mengembangkan tipe-tipe bahasa yang sama,yang berarti ada suatu ciri universal dalam segala macam bahasa.
Faculty of language ini telah mengandung berbagai aturan tata bahasa,sehingga anak tidak mengalami kesukaran dalam belajar bahasa.Faktor linguistik bawaan ini disebut innate mechanism.Bahwa anak-anak mempunyai innate mechanism dibuktikan dari cara mereka menyusun kalimat-kalimat dengan aturan-aturannya sendiri yang mustahil didapatkannya dari luar (orang tua dan lain-lain) karena kalimat-kalimat yang didengar tidak demikian bentuknya/berbeda bentuknya lagi pula input bahasa yang didapatnya relative masih sedikit dapat diindiksikan daripada suatu aturan gramatika.Dalam kenyataannya sehari-hari tatabahasa itu hanya terlihat struktur luarnya saja,sedangkan struktur dalam atau deep structure masih merupakan tanda tanya.

c. Model kognitif
Model ini adalah pandangan terbaru mengenai perolehan bahasa pada anak-anak,yakni pandangan yang disebut model proses atau analisis strategi (S.Marat,1983).Pendekatan baru ini adalah suatu model kognitif untuk bahasa,yang mencoba menjelaskan bagaimana bahasa itu diproses secara kognitif dan bagaimana manivestasinya dalam tingkah laku.Model ini berusaha menghubungkan segi performance dan segi competence,hal mana belum diungkapkan hubungannya oleh kedua pendekatan yang terdahulu.
Para ahli yang bekerja di lapangan lebih menyukai sudut prosesnya (in process terms).Hubungan antara bahasa dan perkembangan kognitif ditinjau dari perspektif psikolinguistik dewasa ini terjadi karena anak-anak dapat belajar bahasa memang berkat adanya hal-hal yang innate,tetapi hal-hal yang  innate ini bukan aliran yang rasionalis,melainkan berupa kapasitas kognitif dan kapasitas untuk belajar.Kedua kapasitas tersebut lebih general dan predetermining sifatnya,tidak sederhana seperti yang diungkapkan oleh aliran empiris.
Kemampuan umum berarti bahwa anak-anak menemukan pola-pola linguistik seperti halnya mereka menemukan pola-pola persepsi dalam dunia pengindraan.Kedua proses ini merupakan bagian dari perkembangankognitif umum,jadi dapat dikatakan bahwa seseorang individu itu berkembang baik linguistik maupun perseptual adalah hasil dari prosedur/kesimpulan kognitif yang bersifat innate (Laughlin,1978).Oleh karena itu,dapat dikatakan bahwa bahasa tidak lain dari hasil proses-proses kognitif yang diasumsikan universal sifatnya.
2. Model stimulasi pengembangan bahasa anak usia SD
a. Stimulasi informal
Stimulasi model merupakan pembelajaran bahasa dalam situasi rileks,kadang-kadang sambil bermain-main.Topik pembicaraan juga mengenai kejadian-kejadian yang dialami sehari-hari,misalnya ketika masih usia balita orang tua mengajak anak berbicara pada waktu anak dimandikan,diberi makan atau peristiwa-peristiwa lainnya.Bahkan ketika anak belum mampu berbicara sekalipun orang tua telah mengajaknya berbicara secara lengkap.Dengan bertambahnya usia,bahasa yang digunakan orang tua memang lebih dikontrol,namun tetap dikaitkan dengan konteks kegiatan yang sedang dilakukan anak.Jadi tidak ada perencanaan sebelumnya tentang topik-topik tertentu untuk hari-hari tertentu,tidak ada pelajaran bahasa untuk tiap harinya.Bahasa dipelajari melalaui ineraksi yang terjadi,yang bermakna bagi anak.
b. Memfokuskan diri pada maksud pembicara
Dalam menanggapi ucapan-ucapan/bahasa anak,orang tua,pengasuh,atau orang dewasa lainnya pada umumnya lebih memfokuskan perhatiannya pada apa yang diinginkan anak daripada memperhatikan benar tidaknya ucapannya.Dengan cara demikian anak akan merasa memperoleh rewards karena orang tuanya memahaminya,dan bahwa ia dapat berkomunikasi serta terpenuhi kebutuhannya.Keberhasilan ini memotivasi anak untuk terus belajar.Pada gilirannya nanti ia akan menemukan sendiri pola-pola struktur kalimat yang benar.Sejalan dengan perkembangan kognisinya,yaitu tatkala ia mampu membuat konseptualisasi hubungan antara Agent-action-Object/Location.Pada dasarnya,belajar bahasa lebih dikendalikan oleh pembelajarannya sendiri daripada rewards dari lingkungan.Bila orang tua membetulkan ucapan anak mereka lebih banyak membetulkan isi pembicaraan daripada bentuk ucapan si anak.
c. Bercirikan kreativitas
Menurut Goodman et.al (dalam Jo Ann Brewer,1992),seorang anak belajar bahasa selalu menggunakan kemampuan kreatifnya,mereka- menciptakan kata-kata atau frasa-frasa baru,akan tetapi pada saat yang sama mereka akan kembali keaturan-aturan sosial yang sudah baku,terutama bila mereka menyadari bahwa kata-kata/frasa-frasa yang diciptakannya gagal mengkomunikasikan apa yang mereka maksud/inginkan.
d. Menghargai keberhasilan
Kemajuan anak dalam belajar bahasa sangat cepat,biasanya mereka telah menguasai bahasa pertamanya sebelum mereka masuk sekolah taman kanak-kanak.Mereka telah mampu membuat kalimat sederhana yang lengkap yang berarti telah menguasai struktur sintaksisnya dalam bahasa pertamanya.Sejak masih sangat muda,anak telah mampu mengadaptasikan bahasanya terhadap lawan bicaranya.
Orang tua berhasil mengajarkan bahasa kepada anak apabila mereka menggunakan bahasa itu dalam situasi kehidupan yang ideal tanpa suatu kiat khusus untuk mengajar bahasa dan menerima ketidaksempurnaan dan menghargai keberhasilan anak serta memberi kesempatan kepada anak untuk berkreasi dengan kata-kata.Proses belajar tersebut selalu melibatkan dengan orang lain,dan menekankan makna ujaran daripada bentuk ujarannya (Jo Ann Brewer,1992).
(hal.68-81,Nandang Budiman,2006)












BAB III
IMPLIKASI

Setelah mempelajari berbagai aspek terkait dengan perkembangan bahasa pada anak,khususnya anak SD,maka berikut disampaikan sejumlah implikasi terhadap kegiatan pembelajaran anak sebagai berikut.
1.      Apabila kegiatan pembelajaran yang diciptakan bersifat efektif,maka perkembangan bahasa anak dapat berjalan secara optimal.Sebaliknya apabila kegiatan pembelajaran berjalan kurang efektif,maka dapat diprediksi bahwa perkembangan bahasa anak akan mengalami berbagai hambatan.
2.      Bahasa adalah alat komunikasi yang paling efektif dalam pergaulan sosial,sehingga sekiranya kita ingin menghasilkan pembelajaran yang efektif untuk mendapatkan hasil pendidikan yang optimal,maka sangat diperlukan bahasa yang komunikatif dan memungkinkan semua pihak yang terlibat dalam interaksi pembelajaran dapat berperan secara aktif dan produktif.Dengan demikian,guru SD diharapkan sekali banyak menggunakan bahasa anak daripada bahasa orang dewasa.
3.      Kendatipun setiap anak SD teruama yang ada di kota,memiliki kemampuan poensial yang berbeda-beda namun pemberian lingkungan yang kondusif bagi perkembangan bahasa sejak dini sangatlah diperlukan.Lingkungan yang kondusif dapat tercipta sesuai dengan kebutuhan anak untuk perkembangan bahasa pada saatnya akan berdampak sangat positif terhadap perkembangan bahasa anak,tidak hanya sebaga pengguna bahasa yang pasif,melainkan juga dapat menjadi pengguna bahasa yang aktif.
(hal.117,Amin Budiamin,2006)





BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemaparan yang dijelaskan di dalam bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia baik secara lisan,tulisan,maupun isyarat.Bagi anak SD,bahasa memiliki fungsi instrumental,fungsi regulasi,fungsi representasional,fungsi interaksional,fungsi personal,dan fungsi imajinatif.
Adapun tugas-tugas perkembangan bahasa,meliputi pemahaman,  pengembangan perbendaharaan kata, penyusunan    kata-kata menjadi kalimat,dan ucapan.Sedangkan tipe perkembangan anak dibedakan menjadi dua yaitu Egocentric Speech,yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog) ,dan Socialized Speech,yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya
Perkembangan bahasa banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan,karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan.Pada umumnya perkembangan bahasa pada anak terjadi melalui proses peniruan (imitasi) terhadap ekspresi lingkungan.Apa yang ditiru anak diperkuat melalui proses pengulangan baik secara alami maupun melalui rekayasa tertentu.Proses pencapaian bahasa terjadi mulai dari belajar tentang ekspresi lingkungan dan bunyi,belajar makna kata,makna kalimat,sampai pada ungkapan yang lebih kompleks sesuai dengan apa yang mereka dengar,lihat,dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif,artinya faktor kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa.Semakin tinggi kemampuan intelektual,individu cenderung lebih mampu berbahasa.Misalnya,bayi yang tingkat intelektualnya belum berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan,bahasanya mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana,kemudian sesuai dengan tingkat perkembangan kognitifnya berangsur-angsur mampu menguasai pola bahasa yang lebih kompleks.
Sedikitnya ada tiga teori yang dapat dijadikan dasar dalam memahami perkembangan bahasa anak usia Sekolah Dasar (SD),yakni model behaviorist,model linguistik,dan model kognitif.Model behaviorist,yang sangat meyakini kekuatan lingkungan sebagai determinan perkembangan bahasa,memandang bahwa pada prinsipnya bahasa merupakan fungsi dari penguatan (reinforcement).Artinya,lingkungan terutama orang tua mengajar anak berbicara dengan memberikan penguatan terhadap tingkah laku verbal.Model linguistik,yang sangat meyakini kekuatan pembawaan (hereditas) sebagai determinan perkembangan bahasa,memandang bahwa anak dilahirkan sudah lengkap dengan kemampuan untuk berbahasa.Melalui kontak dengan lingkungan sosial kemampuan tersebut akan tampak dalam perilaku berbahasa.Model kognitif memandang bahwa anak memiliki kapasitas kognitif untuk belajar bahasa.Artinya,para kognivist percaya bahwa anak memiliki kemampuan untuk belajar bahasa.
Untuk menstimulasi peerkembangan bahasa,kelas atau kelompok belajar hendaknya terdiri atas siswa-siswa yang bervariasi bahasanya,baik kemampuan maupun polanya.Menghadapi hal-hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar mengajar dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.Pertama,anak perlu melakukan pengulangan pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri.Kedua,berdasarkan hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru.









DAFTAR PUSTAKA

Budiamin , Amin . 2006 . Perkembangan Peserta Didik . Bandung : UPI Press
Budiman , Nandang . 2006 . Memahami Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional .
Yusuf , Syamsu . 2007 . Psikologi Perkembangan Anak & RemajaBandung : PT    Remaja Rosdakarya .




Tidak ada komentar:

Posting Komentar